[INTEL #1] Virus Terbaru Made in China: Pandemi global virus corona selanjutnya setelah wabah SARS 2003?


Berasal dari Bahasa Latin, corona secara harafiah berarti “mahkota”. Mungkin kalian akan berpikir kita akan membahas mengenai kerajaan yang baru-baru ini sedang viral, namun kali ini kita tidak (belum) membahas mengenai itu. Corona yang satu ini jelas bukan merupakan “mahkota” yang mau kita kenakan.

Corona yang akan kita bahas adalah sebuah virus zoonotik (virus yang dapat menular dari hewan ke manusia, atau sebaliknya) yang saat ini sedang gempar di Tiongkok dan seluruh dunia dalam bentuk terbarunya, Novel Coronavirus atau nCoV. Sejauh ini (29 Januari 2020) di Tiongkok, sudah terdapat 5964 kasus serta 132 kematian yang diakibatkan oleh virus ini, dan angka ini terus bertambah sampai detik ini (ArcGis, 2020).

Kalian dapat melihat perkembangan virus ini melalui peta interaktif ArcGis di link ini. Angka yang mungkin terhitung sedikit apabila dibandingkan dengan populasi total Tiongkok, namun tentu menimbulkan teror bagi sebagian besar masyarakat di Tahun Baru Imlek 2020 ini. Wuhan, salah satu kota di Tiongkok, diduga menjadi tempat pertama penyebaran virus ini. Yang menjadi pertanyaan adalah, ada apa dengan kota ini?

Awalnya, laporan pemerintah Tiongkok menyatakan bahwa hewan liar yang dijual di Pasar Makanan Laut Huanan (Huanan Seafood Market) menjadi salah satu biang keladi dari penyebaran virus ini (Woodward, 2020). Di samping itu, terdapat temuan terbaru yang menyatakan bahwa sumber alami virus corona baru adalah kelelawar (Mullin, 2020). Tunggu dulu… bukankah kelelawar juga merupakan salah satu hewan penyebar ~~hoax ~~Ebola? Benar sekali! Dan sekarang kelelawar diduga menjadi penyebar virus yang meresahkan sebagian besar warga negara tirai bambu ini.

Yang menjadi momok bagi masyarakat adalah penyebaran virus ini yang baru saja terbukti dapat menular dari manusia ke manusia, sehingga virus ini bukan hanya sekadar virus zoonotik saja. Virus yang menyebabkan gejala pernapasaan (respiratory disease) memang sangatlah cepat menular, terutama melalui batuk, bersin, dan kontak fisik. Di samping itu, masih terdapat sedikit informasi mengenai virus corona yang dapat terbilang baru ini. Oleh karena itu, sebagai langkah antisipasi, kita perlu mengetahui lebih lanjut mengenai virus ini, mulai dari gejala hingga cara pencegahannya.

Menolak Lupa: Wabah SARS 2003

“History repeats itself, but in such cunning disguise that we never detect the resemblance until the damage is done.” – Sydney J. Harris

Tahukah kalian? Tiongkok juga menjadi negara asal penyakit Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang telah mewabah di seluruh dunia pada tahun 2003. Tidak hanya itu, SARS pada saat itu awalnya juga merupakan penyakit zoonotik yang berangsur-angsur dapat ditularkan melalui manusia ke manusia. Persamaan lain yang paling jelas antara SARS dengan nCoV adalah jenis virus yang melatarbelakangi kedua wabah ini, yaitu virus corona.

Menurut data dari World Health Organization, SARS memakan korban sebanyak 8.094 jiwa pada wabah SARS 2003, dengan 774 jiwa diantaranya meninggal dunia (Centers for Disease Control and Prevention, 2017). SARS, yang pada saat itu dikenal sebagai virus yang sangat mudah menular bahkan hanya dari menyentuh tombol lift, telah memberikan pengaruh yang besar bagi dunia medis di seluruh dunia. Gejala yang ditimbulkan oleh SARS juga kurang lebih mirip dengan nCoV, yaitu adanya gangguan pernapasan serta demam tinggi. Berkaca dari masa lalu, Tiongkok telah mempersiapkan dengan baik berbagai prosedur penanganan virus ini, salah satunya adalah melakukan karantina, monitoring yang intensif, serta berbagai riset untuk menemukan obat anti-virus corona.

Waspadalah, Waspadalah!

Sejauh ini, sudah terdapat 7 kasus virus corona di Malaysia, dan seluruhnya melibatkan warga negara Tiongkok. Karena virus ini akhirnya berlabuh ke Malaysia, alangkah baiknya kita mengetahui lebih lanjut mengenai bagaimana pengaruh virus ini di tubuh kita serta bagaimana kita mencegahnya. Gejala dari virus corona bermacam-macam, mulai dari mukus (ingus) yang tak kunjung berhenti, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, serta tentu saja demam tinggi. Bagi kaum lansia, anak-anak dan siapapun yang sedang mengalami penurunan sistem imun memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk terkena komplikasi yang cukup serius seperti pneumonia dan bronkhitis.

WHOcoronavirus (Sumber: World Health Organization)

Walaupun belum ditemukan vaksin yang dapat melawan virus corona, ada beberapa cara untuk mencegah dan mengurangi kemungkinan penularan virus tersebut. Pertama. sering mencuci tangan dengan sabun atau hand-sanitizer selama kurang lebih 20 detik. Bersihkan sela-sela tangan serta kuku kalian agar terlindung dari bakteri dan virus. Kedua, semua orang dianjurkan untuk tidak menyentuh mata, hidung atau mulut dengan kondisi tangan yang belum dicuci. Ketiga, kita semua harus mengusahakan untuk tidak berdekatkan dengan orang yang sedang terinfeksi. Orang yang sedang mengalami sakit ringan juga dianjurkan untuk selalu minum banyak air dan istirahat di rumah. Segera cari pertolongan ke rumah sakit terdekat apabila kalian mengalami gejala-gejala virus ini. Dan tentu saja salah satu cara pencegahan yang terbaik adalah memakai masker. Pastikan kalian sudah mengetahui cara memakai yang benar, ya!

Indonesia: Siaga Satu

Saat ini Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa virus corona masih belum memunculkan tanda-tanda di Indonesia. Kendati demikian, langkah antisipasi tentu saja perlu dilakukan. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto berharap masyarakat tetap tenang dalam menyikapi kabar persebaran virus corona yang berasal dari Wuhan, Cina. Menurut beliau, saat ini Kementerian Kesehatan telah siaga satu dalam mengantisipasi masuknya virus ini ke Tanah Air.

"Saya akan cek semua, termasuk pintu-pintu masuk negara," ucap Terawan, seperti dikutip situs resmi Kemenkes, Jumat (24/1/2020). "Kita sudah siaga satu ini, enggak ada tidurnya. Jadi tenang, saya bekerja membantu masyarakat untuk tidak usah khawatir," kata Terawan.

Langkah preventif tentu saja perlu dilakukan, salah satunya adalah screening yang dilakukan di bandara. Namun, screening suhu tubuh sebenarnya tidaklah cukup untuk mengidentifikasi apakah seseorang terinfeksi virus ini atau tidak. Hal ini dikarenakan korban yang teinfeksi virus ini tidak akan mengalami demam tinggi selama masih berada di masa inkubasi. Korban yang sudah terinfeksi juga bisa saja mengonsumsi obat penurun demam seperti parasetamol dan ibuprofen untuk menurunkan demam secara sementara, hanya untuk meloloskan diri dari screening petugas bandara. Tentu, Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan, terutama bagi para warga negara Tiongkok yang datang ke Indonesia, dengan melakukan cek kesehatan menyeluruh selama beberapa hari setelah datang ke Indonesia. Mungkin pengawasan yang lebih ketat akan memakan biaya yang lebih tinggi, namun hal ini menjadi tugas besar bagi Kemenkes untuk melindungi kesehatan masyarakat Indonesia.

Nah sekarang kalian sudah tahu lebih banyak kan mengenai virus bucin corona dan cara mengantisipasinya. Selalu jaga kesehatan kalian dan sebarkan informasi ini ke orang-orang terdekat yang kalian cintai, ya! Yuk bisa yuk!

-Kastrat AUISS 2020