Expiration Dates are For the Weak!


Awal bulan februari lalu, saya dicibir teman sekos saya karena mengonsumsi barang di kulkas rumah kami. Bukan karena barang itu haram, tentu saja. Kala itu saya sedang makan siang ketika salah seorang teman saya memberi tahu cemilan yang sedang saya nikmati sudah lewat masa kadaluarsa nya beberapa bulan lalu. Pikir saya, “ya, biar saja, toh itu urusan perut”. Tapi apakah memang begitu? Apakah makanan kadaluarsa berarti basi? Lalu mengapa tulisan di bungkus makanan selalu “Best Before” , bukan “Not to eat After”?

   Hasil dari berselancar di internet selama 3 hari menjawab pertanyaan saya. Jawaban itu justru menjurus pada “Konsumerisme”. Menurut artikel yang ditulis oleh Barbara Czarnecka & Bruno Schivinski di tahun 2019 Konsumerisme adalah tatanan sosial dan ekonomi yang mendorong konsumsi barang dalam jumlah yang terus meningkat, yang berhubungan dengan cara produsen barang mengiklankan produk mereka yang memanipulasi konsumen. Menurut Britannica Concise Encyclopedia, konsumerisme adalah pemberian free choice kepada konsumen dalam membeli dan mengonsumsi produk. Lalu apa hubungannya dengan tanggal kadaluarsa?

blog%2Bnash Figure 1: Blog Scott Nash yang menunjukkan produk kadaluarsa yang Ia konsumsi

Penggunaan label kadaluarsa pada produk bukanlah hal yang salah, namun konsumen cenderung menggunakan tanggal kadaluarsa sebagai penentu layak tidaknya sebuah produk dikonsumsi, yang akhirnya membuat konsumen buta akan fakta bahwa fungsi label kadaluarsa adalah untuk mengindikasikan kapan makanan tertentu paling baik dikonsumsi, bukan soal keamanannya untuk tubuh. Jika label kadaluarsa menandakan kelayakan makanan, maka apakah makanan yang dikonsumsi sebelum label kadaluarsa diciptakan tidak layak dimakan oleh konsumen? Mengapa kita berhenti menggunakan indra penglihatan, penciuman, dan peraba untuk menentukan apakah suatu produk masih bagus atau tidak?

kadaluarsa Figure 2: Label kadaluarsa pada krim

Faktanya, label kadaluarsa diberikan untuk mengindikasikan bahwa setelah tanggal yang tertera, tekstur, warna, atau rasa dari produk bisa jadi berubah, tapi tidak berarti makanan itu menjadi tidak aman untuk dimakan. Tentu saja, memakan makanan yang berjamur, berbau, atau berlendir (terutama setelah ditinggalkan terbuka di suhu ruangan) bisa mengundang penyakit. Jika makanan sudah berjamur, memakan makanan tersebut bisa menyebabkan sakit perut, alergi, atau gangguan pernapasan, jadi tidak disarankan untuk mengonsumsi jamur, terutama dari makanan yang berpori seperti roti atau buah buahan. Sementara bakteri Listeria, Salmonella, atau E. Coli yang berbahaya sekali sebenarnya muncul akibat konsumsi makanan yang penanganan bahannya kurang tepat (sering kali kurang matang), dan tidak berhubungan dengan label kadaluarsa. Bahkan, fakta yang lebih mengejutkan lagi, tanggal pada label kadaluarsa itu sebenarnya bukan hal wajib dari pemerintah negara negara maju seperti US atau Kanada (kecuali untuk makanan dan susu bayi), melainkan trik produsen agar produknya cepat habis di rak supermarket dan perusahaan tidak rugi karena memproduksi terlalu banyak. Bahayanya, kecenderungan untuk menarik barang dari rak-rak toko sebelum kadaluarsa diadopsi pemerintah Indonesia –khususnya saat mendekati bulan Ramadhan- yang akhirnya berkontribusi pada jumlah food waste Indonesia yang membuang sekitar 300 kg makanan per tahun per kepala, membuat Indonesia menjadi food waster kedua terbesar di dunia (Lemos, 2017). Ahli berpendapat, untuk menghindari makanan basi atau rusak adalah untuk menggunakan indra kita dan merasakan tekstur dan bau dari produk tersebut. Misalnya, dada ayam yang rusak akan berbau dan berlendir, begitu juga dengan buah, roti, atau sayur mayur yang jika mulai rusak akan ditumbuhi jamur. Makanan kalengan (selama kalengnya tidak bocor) akan aman, bahkan setelah disimpan selama 5 tahun, dan dry foods seperti sereal atau pasta atau bumbu bumbu rempah dan garam bahkan aman sampai kapan pun! Bahkan susu yang sudah mulai masam bisa dipakai untuk membuat kue, lho! (dikenal dengan sebutan buttermilk). Jadi, apakah setelah ini kamu berani menggunakan produk yang tanggal kadaluarsa nya sudah lewat?